PUBLIC
RELATIONS PADA
TRANS TV
(Studi Kasus Peran Public Relations yang Dijalankan Trans TV terkait Pemebritaan Seputar Kecelakaan Pesawat
Sukhoi Super Jet 100)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada tanggal 8 Mei 2012 Indonesia
dikejutkan dengan sebuah tragedi kecelakaan pesawat komersial asal Rusia Sukhoi
Super Jet 100, menabrak tebing gunung Salak di kabupaten Pogor kota Bogor.
Belum jelas apa penyebab kecelakaan tersebut, ada beberapa pengamat mengatakan
kondisi cuaca menjadi pemicu kecelakaan tersebut, ada juga yang mengatakan
keputusan pilot yang menurunkan ketinggian pesawat menyebabkan terjadinya
kecelakaan, bahkan berhembus kabar bahwa ada ponsel yang masih aktif ketika
pesawat telah lepas landas sehingga mengganggu jaringan komunikasi pesawat.
Terlepas dari beragam kontroversi tentang
penyebeb kecelakaan pesawat ini, kejadian ini menambah daftar kecelakaan
pesawat yang sejak satu dekade belakangan ini telah banyak sekali. Tercatat
sejak awal tahun 2002 sampai pada saat
ini telah terjadi dua puluh dua kecelakaan pesawat yang delapan
diantaranya memakan korban jiwa, termasuk kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet
100 ini.
Sehubungan dengan kejadian ini, media
massa nasional terlihat gencar memberitakan seputar perkembangan kecelakaan
pesawat asal Rusia ini, mulai dari update
seputar evakuasi para korban hingga proses identifikasi. Selama proses itu
berlangsung beragam bentuk berita dengan tema yang sama selalu menghiasi media
massa terutama televisi nasional seperti RCTI, SCTV, TRANS TV, TRANS 7,
GlobalTV, dan saluran televisi lainnya.
Tingginya frekuensi berita yang diterima
masyarakat tentunya memiliki dampak yang signifikan pula terhadap masyarakat
itu sendiri. Dengan intensitas berita yang tinggi membuat masyarakat lebih
mudah memperoleh informasi yang lebih rinci. Masyarakat bahkan bisa mengetahui
perkembangan berita setiap waktu.
Namun demikian, tanpa kita sadari
pemberian berita yang signifikan itu membawa dampak yang tidak selalu baik buat
masyarakat. Memang dengan kekayaan informasi masyarakat bisa lebih berkembang,
hanya saja perkembangan yang seperti apa nantinya tergantung bagaimana berita
itu membentuknya. Apalagi masyarakat Indonesia sendiri tergolong masyarakat
yang masih awam dengan berita-berita yang ada. Dalam hal ini berita-berita yang
beredar di masyarakat hanya diterima tanpa penyaringan sehingga konstruksi media kepada konsumennya mudah terbentuk.
Pemberitaan terkait kecelakaan pesawat
Sukhoi Super Jet 100 ini tampaknya tidak luput dari manipulasi media massa. Hal
ini terlihat dari bagaimana media massa nasional membuat pemberitaan yang nilai
beritanya cenderung terlihat seperti drama dengan soundtrack yang berlebihan. Tidak hanya itu banyak hal lain yang
bisa kita jadikan contoh seputar pemberitaan yang tidak semestinya beredar di
masyarakat.
Terkait masalah ini ketua Aliansi
Jurnalis Independen Indonesia (AJI) Eko Maryadi menyampaikan rasa kecewanya
terhadap peliputan media yang sensasional. Ia juga menyampaikan ajakan kepada
media massa untuk menaati kode etik yang telah ada. "Mereka yang sedang
berduka adalah bagian dari publik yang memiliki hak untuk mendapatkan informasi
secara proporsional, tidak hanya semata sebagai objek berita," kata Eko.[1]
Dari
penjelasan di atas maka akan menarik bila bisa melihat bagaimana peran humas
dari media massa nasional dalam kaitannya dengan pemberitaan seputar kecelakaan
pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini. Berangkat dari siinilah
maka penelitian ini akan dilakukan.
Fokus penelitian ini sendiri adalah
Humas atau Public Relations dari
Trans TV di Jakarta. Alasan pemilihan fokus penelitian ini adalah Trans
Corporations didasarkan dari beberapa aspek. Salah satunya adalah pemberitaan
yang dilakukan oleh pihak Trans TV dinilai memiliki keunikan tersendiri dengan soundtracknya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peran Public Relations Trans TV terkait
pemberitaan yang dianggap berlebihan tentang kecelakaan pesawat Sukhoi Super
Jet 100 di kabupaten Pogor kota Bogor.
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini memiliki tujuan sebagai berikut:
Untuk mengetahui peran Public Relations yang dijalankan oleh Trans TV dalam membuat
pemberitaan terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.
D.
Telaah
Pustaka
1.
Pengertian
Public Relations
Public
Relations adalah sebuah profesi yang menjadi
penghubung antara sebuah organisasi dengan publik-publiknya. Sebuah hubungan
positif yang menjamin adanya motivasi untuk bekerja sama untuk saling
menguntungkan baik dengan publik eksternal maupun publik internal organisasi
tersebut.
Cutlip, Center dan Broom (2005: 1), mendefinisikan
public relations yaitu “Hubungan masyarakat merupakan fungsi
manajemen yang membentuk dan mengelola hubungan saling menguntungkan antara
organisasi dengan masyarakat. Keberhasilan atau kegagalan hubungan itu
bergantung pada fungsi ini”. Definisi ini menekankan bagaimana memelihara
hubungan baik demi keuntungan organisasi dan publiknya sebagai tujuan dari public relations itu sendiri.
Grunig dan Hunt dikutip oleh Putra (2008: 1.3),
memiliki pandangan yang berbeda tentang public
relations. Kalau Cutlip dkk. Menekankan bagaimana membuat hubungan baik
antara publik dan organisasinya, maka public
relations menurut Grunig dan Hunt adalah
manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.
Selain definisi public relations seperti yang telah dijelaskan di atas, ada banyak
lagi definisi public relations
sehingga beberapa ahli memberikan kemudahan untuk mengenal public relations itu sendiri. Menurut Wilcox, Ault & Agee seperti
dikutip oleh Putra (2008: 15), ada
beberapa kata yang dapat digunakan sebagai pengingat definisi-definisi yang
ada, antara lain :
a)
Deliberate; aktivitas
public relations yang disengaja dan didesain
untuk mempengaruhi, memperoleh pemahaman, menyediakan informasi dan mendapatkan
feedback.
b)
Planned; aktivitas
public relations yang harus dikelola dengan baik. Kegiatan
dilakukan secara sistematis yang memerlukan riset dan analisis.
c)
Performance; aktivitas public
relations akan efektif jika didasarkan pada kebijakan aktual dan penampilan
yang sesungguhnya.
d)
Public Interest; aktivitas public
relations untuk melayani kepentingan publik dan tidak semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan organisasi. Idealnya, aktivitas public relations harus bisa menyeimbangkan keuntungan organisasi
dengan keuntungan publik (perhatian dan kepentingan publik).
e)
Two-way Communication; aktivitas public
relations yang mencakup feedback dari
audiences. Kemampuan untuk mendengarkan
adalah bagian esensial dari keahlian berkomunikasi.
f)
Management Function; aktivitas public
relations akan efektif jika dijadikan bagian pengambilan keputusan dari
manajemen puncak. Public relations mencakup
aktivitas memberikan nasihat dan pemecahan masalah pada tingkat tinggi, tidak
hanya mengeluarkan informasi setelah
keputusan dibuat.
2.
Peran
Public Relations
Dalam kajian ilmu-ilmu sosial konsep
peran sering kali menjadi hal yang penting untuk diperbincangkan, dimana ketika
seorang manusia berintraksi dengan orang lainnya maka ia telah memiliki peran
di situ. Pemahaman tentang konsep peran ini sendiri bisa lebih diperdalam
dengan memahami bagaimana sosiologi atau psikoloi sosial memandang peran
seseorang dalam masyarakat.
Selama ini kita tahu bagaimana peran
seseorang itu berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat, seperti definisi
peran menurut Usman (2004: 71), peran
adalah sesuatu yang dapat dimainkan sehingga seseorang dapat diidentifikasi
perbedaannya dengan orang lain. Dengan kata lain, peran telah memungkinkan
orang membangun pola bertingkah laku dan bersikap, dan di dalam peran terdapat
pula strategi bagaimana seharusnya menguasai berbagai macam situasi. Sehingga
peran dapat disebut juga sebagai suatu pola perilaku.
Broom & Smith menjelaskan
empat peran public relations dalam
suatu organisasi di dalam Cutlip,
Center & Broom (2005: 32-38) yaitu sebagai berikut:
a) Penentu Ahli
Praktisi dipandang sebagai yang berwenang terhadap masalah
dan penyelesaian kehumasan. Dalam posisi ini manajer mempercayakan praktisi
dengan keahlian yang dimilikinya. Praktisi berwenang mendefinisikan masalah, mengembangkan
program, dan mengambil tanggung jawab terhadap pengimplementasiannya, sehingga
praktisi kemudian dipandang memiliki wewenang terhadap hal-hal yang perlu
dilakukan dan bagaimana seharusnya ditangani.
b)
Fasilitator Pemecahan Masalah
Praktisi bekerja sama dengan manajer lain untuk
mendefinisikan, memecahkan masalah dan menjadi bagian tim pelaksana strategis.
Praktisi membantu manajer lain dan organisasi dalam menerapkan proses manajemen
public relations yang digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah keorganisasian lain. Praktisi diundang untuk turut
bergabung dalam tim manajemen manakala keputusan-keputusan strategis dibuat.
c)
Fasilitator Komunikasi
Peran fasilitator komunikasi menempatkan praktisi sebagai
pendengar sensitif dan menyebarkan informasi. Praktisi bertindak sebagai
penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dengan publiknya dengan berusaha
menyingkirkan hambatan bagi terciptanya komunikasi yang terbuka. Tujuannya
adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen organisasi untuk
menghasilkan suatu keputusan yang saling menguntungkan bagi manajemen maupun
publik. Praktisi menjadi sumber informasi dan saluran resmi antara organisasi
dengan publik.
d) Teknisi Komunikasi
Praktisi public relations dalam
menjalankan peran ini tidak terlihat di dalam pembuatan keputusan
(pendefinisian masalah dan pemilihan solusi), sehingga tidak memiliki
kontribusi yang signifikan dalam pembuatan keputusan dan perencanaan strategis.
Komunikasi dan program yang efektif tergantung pada kemampuan pendefinisian
masalah, solusi strategis dan pengkomunikasian dalam tahap implementasi dari
pihak lain serta praktisi menghabiskan sebagian besar waktunya dalam menangani
aspek-aspek teknis komunikasi.
Tidak jauh berbeda dengan ke-4 peran public relations yang telah dipaparkan
oleh Cutlip dkk. Dozier seperti dikutip oleh Putra (2008) berpendapat bahwa
hanya ada dua peranan praktisi public
relations dalam sebuah organisasi, yakni public relations manager (communication
manager role) dan public relations technician (communication technician role).
Grunig & Grunig dalam Putra (2008: 2-8)
mengasumsikan bahwa pemegang kekuasaan dalam organisasi memiliki peran yang
signifikan dalam menentukan kemana arah organisasinya. keputusan para pemegang
kekuasaan dalam organisasi, yang juga menentukan praktek public relations dalam organisasi tersebut lebih lanjut dipengaruhi
oleh :
a) Budaya Perusahaan
Organisasi memiliki peran penting terhadap keputusan para pemegang
kekuasaan dalam organisasi tersebut. Sebuah organisasi yang menganut budaya
otoriter cenderung akan mempraktekan sistem manajemen tertutup sehingga
mempraktekkan model asimetris. Sebaliknya, bila para pemegang kekuasaan dalam
organisasi menekankan budaya partisipasi, maka akan mempraktekkan sistem
terbuka sehingga ada kemungkinan lebih besar untuk mempraktekan model asimetris
dua arah.
b)
Pontensi Bagian Public
Relations
Dalam menentukan peran dan
praktek public relations, organisasi perlu terlebih dahulu
diketahui potensi atau kemampuan yang dimiliki bagian public relations tersebut agar tidak terjadi salah penempatan.
Namun demikian, potensi yang dimiliki bagian public relations ini sebenarnya dapat dikembangkan.
c)
Pemahaman Pemegang Kekuasaan terhadap Public Relations
Pemahaman yang dimiliki
para pemegang kekuasaan tentang public
relations seringkali sangat minim, dan akibatnya peran yang diberikan pada
bagian ini pun seringkali tidak sesuai.
Dalam
paparan tentang bagaimana peran publik
relations terkait nilai berita yang beredar di masyarakat maka penelitian
ini juga menggambarkan bagaimana perilaku publik
relations, dalam hal ini akan dibahas beberapa model perilaku publik relations sebagai berikut:
kemudian Grunig & Hunt
seperti dikutip oleh Putra (2008: 2-4) memberikan suatu penggambaran pola perilaku
dalam pelaksanaan public relations yang
kemudian popular sebagai suatu model public
relations yaitu;
Press
agentry model
Menciptakan publisitas atau propaganda yang menguntungkan untuk
memadamkan atau memanipulasi opini publik dan merepresentasikan one-way asymmetrical communication.
Public information model
Menggunakan Journalist in
Residence untuk memberikan informasi yang akurat kepada publik, namun yang
dilakukan adalah berupa penyebaran informasi yang selektif (selective disclosure of information)
serta turut mempertimbangkan jenis informasi yang akan diberikan kepada publik.
Two-way asymmetrical communications model
Model ini memanfaatkan riset keorganisasian dalam perspektif publik
terhadap isu penting bagi organisasi, informasi tersebut digunakan untuk
mengembangkan kampanye persuasif yang lebih baik.
Two-way symmetrical communications model
Model ini lebih menekankan pada dialog dengan mendengarkan dan
melibatkan seluruh perspektif dari pihak-pihak yang terkait.
Beberapa model yang telah dipaparkan di atas
tentunya memiliki hubungan yang erat dalam melihat peran dari public relations sendiri dalam sebuah
organisasi. Dengan kata lain model
dari public relations ini menjadi
pegangan dalam penelitian ini. Dengan mengetahui model apa yang dijalankan oleh
humas Trans TV maka kita juga akan mengetahui peran mereka dalam pembuatan
berita tersebut.
E.
Metodologi
1. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana peran public relations
Trans TV dalam membuat pemberitaan terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet
100. Adapun metode penelitian dalam pembahasan ini menggunakan metode studi
kasus deskriftif yang akan menggambarkan peran dari public relations tersebut. Studi kasus sendiri Menurut Yin (2004: 1),
merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan berkenaan dengan “How”
atau “Why” bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan apabila kasus penelitiannya
terletak pada fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata.
Menurut Nazir (1998: 66), tujuan dari
penelitian studi kasus adalah menggambarkan secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus dan sifat-sifat khas tersebut
akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Definisi lain terkait studi kasus juga
dikemukakan oleh sevilla (1999) studi kasus yaitu sebuah penelitian yang
berfokus pada suatu kasus secara intensif dan mendetail dan selama kurun waktu
tertentu.
2. Desain Penelitian
Mooney
(1988), mengemukakan studi kasus dapat dibedakan ke dalam empat macam pengembangan yang terkait dengan model
analisisnya, yaitu: (1) kasus tunggal
dengan single level analysis. Digunakan untuk menyoroti perilaku individu
atau kelompok individu dengan satu masalah penting; (2) kasus tunggal dengan multilevel
analysis. Dimaksudkan untuk menyoroti perilaku individu atau kelompok individu
dengan berbagai tingkat masalah penting; (3) kasus jamak dengan single level
analysis. Studi kasus yang menyoroti perilaku kehidupan dari kelompok individu
dengan satu masalah penting; dan (4) kasus jamak dengan multi-level analysis.
Studi kasus yang menyoroti perilaku kehidupan dari kelompok individu dengan
berbagai tingkatan masalah penting.
Desain
penelitian ini menggunakan kasus tunggal dengan single level analysis. Hal ini disesuaikan dengan kasus yang
diteliti begitu juga dengan hanya menganalisa bagaimana peran public relations
terkait pemberitaan tentang kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di PT. TRANSFORMASI INDONESIA jl. Kapten Tendean Kav.
12-14 A, Jakarta.
4. Objek Penelitian
Objek
penelitian ini adalah PT.
TRANSFORMASI INDONESIA mengenai bagaimana peran public relations Trans TV
terkait pemberitaan mengenai kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.
5. Teknik Pengumpulan data
Menurut Yin
(2005: 101), dalam studi kasus terdapat enam sumber bukti yang dapat dijadikan
fokus bagi pengumpulan data studi kasus yakni, dokumen, rekaman arsip,
wawancara, observasi langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat
fisik. Penelitian ini menggunakan tiga
teknik pengumpulan data.
a. Wawancara
Wawancara
dilakukan dengan membuat pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini,
karena penelitian sifatnya untuk mendeskripsikan maka wawancara ini akan
menggunakan model yang terbuka, hal ini agar peneliti lebih leluasa dalam
memperoleh informasi tentang kasus dalam penelitian ini.
Pihak
yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah manajer humas Trans TV A
Hadiansyah Lubis, Rahmasari selaku staf humas, dan Rena adalah seorang staf
humas magang di Trans TV.
b. Observasi
Dalam
upaya untuk memperoleh informasi teknik pengumpulan data observasi memiliki
beberapa bentuk seperti observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan
observasi kelompok tidak terstruktur, Bungin (2009: 115). Dengan teknik ini
akan memberikan jawaban yang realistic tentang sebuah kasus, hal ini disebabkan
informasi yang diperoleh mencakup banyak hal seperti perilaku, kegiatan, hingga
perasaan.
c. Dokumen
Penelitian
dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan penelitian melalui
buku-buku, artikel, kliping dan bahan cetak maupun online. Prosesnya dilakukan
dengan teliti agar penelitian tidak mengalami kendala.
6. Strategi Analisis data
Sperti
yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini menggunakan metode studi kasus
deskriftif, dalam hal ini data pertama kali dikumpulkan, dibaca, ditelaah, diurutkan, dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya untuk selanjutnya diedit. Langkah selanjutnya adalah data yang telah di edit
kemudian dihubungkan ke dalam kerangka berfikir seperti yang telah dipaparkan
dalam tujuan penelitian. Selama proses ini data yang ada akan tetap disesuiakan
dengan dasar pegangan penelitian ini.
Daftar
Pustaka
Bungin,
Burhan. 2006, Analisis : Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Burhan,
Bungin. 2009 .Metodologi Penelitian
Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Prenada Media
Cutlip,
Scott M. Center, Allen H;Broom, Glen M. 2005. Effective Public Relations. PT.
Indeks: Jakarta
Nazir Muhammad,
1998. Metode Penelitian, Jakarta :
Galia Indonesia.
Sevilla,
C.G. 1999. Pengantar Metode Riset. Penerjemah : Alimuddin Tuwu. : Universitas
Indonesia.
Yin,
Robert K. 1987. Case Study Research:
Design and Methods
Yin,
Robert.K, 2004. Studi Kasus Desain dan
Metode. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Situs
No comments:
Post a Comment