Friday, March 7, 2014

PUBLIC RELATIONS PADA TRANS TV

PUBLIC RELATIONS PADA TRANS TV
(Studi Kasus Peran Public Relations yang Dijalankan Trans TV  terkait Pemebritaan Seputar Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100)


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Pada tanggal 8 Mei 2012 Indonesia dikejutkan dengan sebuah tragedi kecelakaan pesawat komersial asal Rusia Sukhoi Super Jet 100, menabrak tebing gunung Salak di kabupaten Pogor kota Bogor. Belum jelas apa penyebab kecelakaan tersebut, ada beberapa pengamat mengatakan kondisi cuaca menjadi pemicu kecelakaan tersebut, ada juga yang mengatakan keputusan pilot yang menurunkan ketinggian pesawat menyebabkan terjadinya kecelakaan, bahkan berhembus kabar bahwa ada ponsel yang masih aktif ketika pesawat telah lepas landas sehingga mengganggu jaringan komunikasi pesawat.
Terlepas dari beragam kontroversi tentang penyebeb kecelakaan pesawat ini, kejadian ini menambah daftar kecelakaan pesawat yang sejak satu dekade belakangan ini telah banyak sekali. Tercatat sejak awal tahun 2002 sampai pada saat  ini telah terjadi dua puluh dua kecelakaan pesawat yang delapan diantaranya memakan korban jiwa, termasuk kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini.
Sehubungan dengan kejadian ini, media massa nasional terlihat gencar memberitakan seputar perkembangan kecelakaan pesawat asal Rusia ini, mulai dari update seputar evakuasi para korban hingga proses identifikasi. Selama proses itu berlangsung beragam bentuk berita dengan tema yang sama selalu menghiasi media massa terutama televisi nasional seperti RCTI, SCTV, TRANS TV, TRANS 7, GlobalTV, dan saluran televisi lainnya.
Tingginya frekuensi berita yang diterima masyarakat tentunya memiliki dampak yang signifikan pula terhadap masyarakat itu sendiri. Dengan intensitas berita yang tinggi membuat masyarakat lebih mudah memperoleh informasi yang lebih rinci. Masyarakat bahkan bisa mengetahui perkembangan berita setiap  waktu.
Namun demikian, tanpa kita sadari pemberian berita yang signifikan itu membawa dampak yang tidak selalu baik buat masyarakat. Memang dengan kekayaan informasi masyarakat bisa lebih berkembang, hanya saja perkembangan yang seperti apa nantinya tergantung bagaimana berita itu membentuknya. Apalagi masyarakat Indonesia sendiri tergolong masyarakat yang masih awam dengan berita-berita yang ada. Dalam hal ini berita-berita yang beredar di masyarakat hanya diterima tanpa penyaringan  sehingga konstruksi media  kepada konsumennya  mudah terbentuk.
Pemberitaan terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini tampaknya tidak luput dari manipulasi media massa. Hal ini terlihat dari bagaimana media massa nasional membuat pemberitaan yang nilai beritanya cenderung terlihat seperti drama dengan soundtrack yang berlebihan. Tidak hanya itu banyak hal lain yang bisa kita jadikan contoh seputar pemberitaan yang tidak semestinya beredar di masyarakat.
Terkait masalah ini ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI) Eko Maryadi menyampaikan rasa kecewanya terhadap peliputan media yang sensasional. Ia juga menyampaikan ajakan kepada media massa untuk menaati kode etik yang telah ada. "Mereka yang sedang berduka adalah bagian dari publik yang memiliki hak untuk mendapatkan informasi secara proporsional, tidak hanya semata sebagai objek berita," kata Eko.[1]
Dari penjelasan di atas maka akan menarik bila bisa melihat bagaimana peran humas dari media massa nasional dalam kaitannya dengan pemberitaan seputar kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 ini. Berangkat dari siinilah maka penelitian ini akan dilakukan.
Fokus penelitian ini sendiri adalah Humas atau Public Relations dari Trans TV di Jakarta. Alasan pemilihan fokus penelitian ini adalah Trans Corporations didasarkan dari beberapa aspek. Salah satunya adalah pemberitaan yang dilakukan oleh pihak Trans TV dinilai memiliki keunikan tersendiri dengan soundtracknya.     
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peran Public Relations Trans TV terkait pemberitaan yang dianggap berlebihan tentang kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 di kabupaten Pogor kota Bogor.
C.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
Untuk mengetahui peran Public Relations yang dijalankan oleh Trans TV dalam membuat pemberitaan terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.

D.   Telaah Pustaka
1.      Pengertian Public Relations
Public Relations adalah sebuah profesi yang menjadi penghubung antara sebuah organisasi dengan publik-publiknya. Sebuah hubungan positif yang menjamin adanya motivasi untuk bekerja sama untuk saling menguntungkan baik dengan publik eksternal maupun publik internal organisasi tersebut.
Cutlip, Center dan Broom (2005: 1), mendefinisikan public relations yaitu “Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan mengelola hubungan saling menguntungkan antara organisasi dengan masyarakat. Keberhasilan atau kegagalan hubungan itu bergantung pada fungsi ini”. Definisi ini menekankan bagaimana memelihara hubungan baik demi keuntungan organisasi dan publiknya sebagai tujuan dari public relations itu sendiri.
Grunig dan Hunt dikutip oleh Putra (2008: 1.3), memiliki pandangan yang berbeda tentang public relations. Kalau Cutlip dkk. Menekankan bagaimana membuat hubungan baik antara publik dan organisasinya, maka public relations menurut Grunig dan Hunt adalah manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.
Selain definisi public relations seperti yang telah dijelaskan di atas, ada banyak lagi definisi public relations sehingga beberapa ahli memberikan kemudahan untuk mengenal public relations itu sendiri. Menurut Wilcox, Ault & Agee seperti dikutip oleh Putra (2008: 15), ada beberapa kata yang dapat digunakan sebagai pengingat definisi-definisi yang ada, antara lain :
a)      Deliberate; aktivitas public relations yang disengaja dan didesain untuk mempengaruhi, memperoleh pemahaman, menyediakan informasi dan mendapatkan feedback.
b)     Planned; aktivitas public relations yang harus dikelola dengan baik. Kegiatan dilakukan secara sistematis yang memerlukan riset dan analisis.
c)      Performance; aktivitas public relations akan efektif jika didasarkan pada kebijakan aktual dan penampilan yang sesungguhnya.
d)     Public Interest; aktivitas public relations untuk melayani kepentingan publik dan tidak semata-mata untuk mendapatkan keuntungan organisasi. Idealnya, aktivitas public relations harus bisa menyeimbangkan keuntungan organisasi dengan keuntungan publik (perhatian dan kepentingan publik).
e)      Two-way Communication; aktivitas public relations yang mencakup feedback dari audiences. Kemampuan untuk mendengarkan adalah bagian esensial dari keahlian berkomunikasi.
f)       Management Function; aktivitas public relations akan efektif jika dijadikan bagian pengambilan keputusan dari manajemen puncak. Public relations mencakup aktivitas memberikan nasihat dan pemecahan masalah pada tingkat tinggi, tidak hanya mengeluarkan informasi setelah keputusan dibuat.
2.      Peran Public Relations
Dalam kajian ilmu-ilmu sosial konsep peran sering kali menjadi hal yang penting untuk diperbincangkan, dimana ketika seorang manusia berintraksi dengan orang lainnya maka ia telah memiliki peran di situ. Pemahaman tentang konsep peran ini sendiri bisa lebih diperdalam dengan memahami bagaimana sosiologi atau psikoloi sosial memandang peran seseorang dalam masyarakat.
Selama ini kita tahu bagaimana peran seseorang itu berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat, seperti definisi peran menurut Usman (2004: 71), peran adalah sesuatu yang dapat dimainkan sehingga seseorang dapat diidentifikasi perbedaannya dengan orang lain. Dengan kata lain, peran telah memungkinkan orang membangun pola bertingkah laku dan bersikap, dan di dalam peran terdapat pula strategi bagaimana seharusnya menguasai berbagai macam situasi. Sehingga peran dapat disebut juga sebagai suatu pola perilaku.
Broom & Smith menjelaskan empat peran public relations dalam suatu organisasi di dalam Cutlip, Center & Broom (2005: 32-38) yaitu sebagai berikut:
a)      Penentu Ahli
Praktisi dipandang sebagai yang berwenang terhadap masalah dan penyelesaian kehumasan. Dalam posisi ini manajer mempercayakan praktisi dengan keahlian yang dimilikinya. Praktisi berwenang mendefinisikan masalah, mengembangkan program, dan mengambil tanggung jawab terhadap pengimplementasiannya, sehingga praktisi kemudian dipandang memiliki wewenang terhadap hal-hal yang perlu dilakukan dan bagaimana seharusnya ditangani.    
b)     Fasilitator Pemecahan Masalah
Praktisi bekerja sama dengan manajer lain untuk mendefinisikan, memecahkan masalah dan menjadi bagian tim pelaksana strategis. Praktisi membantu manajer lain dan organisasi dalam menerapkan proses manajemen public relations yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah keorganisasian lain. Praktisi diundang untuk turut bergabung dalam tim manajemen manakala keputusan-keputusan strategis dibuat.
c)      Fasilitator Komunikasi
Peran fasilitator komunikasi menempatkan praktisi sebagai pendengar sensitif dan menyebarkan informasi. Praktisi bertindak sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dengan publiknya dengan berusaha menyingkirkan hambatan bagi terciptanya komunikasi yang terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen organisasi untuk menghasilkan suatu keputusan yang saling menguntungkan bagi manajemen maupun publik. Praktisi menjadi sumber informasi dan saluran resmi antara organisasi dengan publik.
d)     Teknisi Komunikasi
Praktisi public relations dalam menjalankan peran ini tidak terlihat di dalam pembuatan keputusan (pendefinisian masalah dan pemilihan solusi), sehingga tidak memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembuatan keputusan dan perencanaan strategis. Komunikasi dan program yang efektif tergantung pada kemampuan pendefinisian masalah, solusi strategis dan pengkomunikasian dalam tahap implementasi dari pihak lain serta praktisi menghabiskan sebagian besar waktunya dalam menangani aspek-aspek teknis komunikasi.
Tidak jauh berbeda dengan ke-4 peran public relations yang telah dipaparkan oleh Cutlip dkk. Dozier seperti dikutip oleh Putra (2008) berpendapat bahwa hanya ada dua peranan praktisi public relations dalam sebuah organisasi, yakni public relations manager (communication manager role) dan public relations technician (communication technician role).
Grunig & Grunig dalam Putra (2008: 2-8) mengasumsikan bahwa pemegang kekuasaan dalam organisasi memiliki peran yang signifikan dalam menentukan kemana arah organisasinya. keputusan para pemegang kekuasaan dalam organisasi, yang juga menentukan praktek public relations dalam organisasi tersebut lebih lanjut dipengaruhi oleh :
a)      Budaya Perusahaan
Organisasi memiliki peran penting terhadap keputusan para pemegang kekuasaan dalam organisasi tersebut. Sebuah organisasi yang menganut budaya otoriter cenderung akan mempraktekan sistem manajemen tertutup sehingga mempraktekkan model asimetris. Sebaliknya, bila para pemegang kekuasaan dalam organisasi menekankan budaya partisipasi, maka akan mempraktekkan sistem terbuka sehingga ada kemungkinan lebih besar untuk mempraktekan model asimetris dua arah.

b)     Pontensi Bagian Public Relations
Dalam menentukan peran dan praktek public relations, organisasi perlu terlebih dahulu diketahui potensi atau kemampuan yang dimiliki bagian public relations tersebut agar tidak terjadi salah penempatan. Namun demikian, potensi yang dimiliki bagian public relations ini sebenarnya dapat dikembangkan.
c)      Pemahaman Pemegang Kekuasaan terhadap Public Relations
Pemahaman yang dimiliki para pemegang kekuasaan tentang public relations seringkali sangat minim, dan akibatnya peran yang diberikan pada bagian ini pun seringkali tidak sesuai.  
Dalam paparan tentang bagaimana peran publik relations terkait nilai berita yang beredar di masyarakat maka penelitian ini juga menggambarkan bagaimana perilaku publik relations, dalam hal ini akan dibahas beberapa model perilaku publik relations sebagai berikut:
kemudian Grunig & Hunt seperti dikutip oleh Putra (2008: 2-4) memberikan suatu penggambaran pola perilaku dalam pelaksanaan public relations yang kemudian popular sebagai suatu model public relations yaitu;
Press agentry model
Menciptakan publisitas atau propaganda yang menguntungkan untuk memadamkan atau memanipulasi opini publik dan merepresentasikan one-way asymmetrical communication.
Public information model
Menggunakan Journalist in Residence untuk memberikan informasi yang akurat kepada publik, namun yang dilakukan adalah berupa penyebaran informasi yang selektif (selective disclosure of information) serta turut mempertimbangkan jenis informasi yang akan diberikan kepada publik.
Two-way asymmetrical communications model
Model ini memanfaatkan riset keorganisasian dalam perspektif publik terhadap isu penting bagi organisasi, informasi tersebut digunakan untuk mengembangkan kampanye persuasif yang lebih baik.
Two-way symmetrical communications model
Model ini lebih menekankan pada dialog dengan mendengarkan dan melibatkan seluruh perspektif dari pihak-pihak yang terkait.
Beberapa model yang telah dipaparkan di atas tentunya memiliki hubungan yang erat dalam melihat peran dari public relations sendiri dalam sebuah organisasi. Dengan kata lain model dari public relations ini menjadi pegangan dalam penelitian ini. Dengan mengetahui model apa yang dijalankan oleh humas Trans TV maka kita juga akan mengetahui peran mereka dalam pembuatan berita tersebut.
E.   Metodologi
1.      Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran public relations Trans TV dalam membuat pemberitaan terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100. Adapun metode penelitian dalam pembahasan ini menggunakan metode studi kasus deskriftif yang akan menggambarkan peran dari public relations tersebut. Studi kasus sendiri Menurut Yin (2004: 1), merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan berkenaan dengan “How” atau “Why” bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan apabila kasus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata.
Menurut Nazir (1998: 66), tujuan dari penelitian studi kasus adalah menggambarkan secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus dan sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Definisi lain terkait studi kasus juga dikemukakan oleh sevilla (1999) studi kasus yaitu sebuah penelitian yang berfokus pada suatu kasus secara intensif dan mendetail dan selama kurun waktu tertentu.

2.      Desain Penelitian
Mooney (1988), mengemukakan studi kasus dapat dibedakan ke dalam empat  macam pengembangan yang terkait dengan model analisisnya, yaitu: (1)  kasus tunggal dengan  single level analysis.  Digunakan untuk menyoroti perilaku individu atau kelompok individu dengan satu masalah penting;   (2) kasus tunggal dengan multilevel analysis. Dimaksudkan untuk menyoroti perilaku individu atau kelompok individu dengan berbagai tingkat masalah penting; (3) kasus jamak dengan single level analysis. Studi kasus yang menyoroti perilaku kehidupan dari kelompok individu dengan satu masalah penting; dan (4) kasus jamak dengan multi-level analysis. Studi kasus yang menyoroti perilaku kehidupan dari kelompok individu dengan berbagai tingkatan masalah penting. 
Desain penelitian ini menggunakan kasus tunggal dengan single level analysis. Hal ini disesuaikan dengan kasus yang diteliti begitu juga dengan hanya menganalisa bagaimana peran public relations terkait pemberitaan tentang kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.

3.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. TRANSFORMASI INDONESIA jl. Kapten Tendean Kav. 12-14 A, Jakarta.
4.      Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT. TRANSFORMASI INDONESIA mengenai bagaimana peran public relations Trans TV terkait pemberitaan mengenai kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100.

5.      Teknik Pengumpulan data

Menurut Yin (2005: 101), dalam studi kasus terdapat enam sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus yakni, dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik. Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data.
a.       Wawancara
Wawancara dilakukan dengan membuat pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini, karena penelitian sifatnya untuk mendeskripsikan maka wawancara ini akan menggunakan model yang terbuka, hal ini agar peneliti lebih leluasa dalam memperoleh informasi tentang kasus dalam penelitian ini.
Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah manajer humas Trans TV A Hadiansyah Lubis, Rahmasari selaku staf humas, dan Rena adalah seorang staf humas magang di Trans TV.
b.      Observasi
Dalam upaya untuk memperoleh informasi teknik pengumpulan data observasi memiliki beberapa bentuk seperti observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur, Bungin (2009: 115). Dengan teknik ini akan memberikan jawaban yang realistic tentang sebuah kasus, hal ini disebabkan informasi yang diperoleh mencakup banyak hal seperti perilaku, kegiatan, hingga perasaan.
c.       Dokumen
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, artikel, kliping dan bahan cetak maupun online. Prosesnya dilakukan dengan teliti agar penelitian tidak mengalami kendala.

6.      Strategi Analisis data

Sperti yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriftif, dalam hal ini data pertama kali dikumpulkan, dibaca, ditelaah, diurutkan, dan dikelompokkan berdasarkan jenisnya untuk selanjutnya diedit. Langkah selanjutnya adalah data yang telah di edit kemudian dihubungkan ke dalam kerangka berfikir seperti yang telah dipaparkan dalam tujuan penelitian. Selama proses ini data yang ada akan tetap disesuiakan dengan dasar pegangan penelitian ini.

Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. 2006,  Analisis : Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 
Burhan, Bungin. 2009 .Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media
Cutlip, Scott M. Center, Allen H;Broom, Glen M. 2005. Effective Public Relations. PT. Indeks: Jakarta
Nazir Muhammad, 1998. Metode Penelitian, Jakarta : Galia Indonesia.
Sevilla, C.G. 1999.  Pengantar Metode Riset. Penerjemah : Alimuddin Tuwu. : Universitas Indonesia.
Yin, Robert K. 1987. Case Study Research: Design and Methods
Yin, Robert.K, 2004.  Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Situs



[1] Lihat majalah ANTARA di www.antaranews.com edisi minggi, 13 mei 2012

No comments: